Buddha

Sejarah singkat Dari Hari Raya Waisak

Hari Raya Waisak merupakan sebuah salah satu hari besar bagi pemeluk agama Buddha. Dirangkum dari berbagai sumber, sejarah singkat perayaan Hari Waisak ini pun memiliki makna yang cukup penting bagi setiap penganutnya dan bermain Slot Gacor yang bertema Dewa Buddha bisa jadi waktu tepat untuk uji keberuntungan kalian.

Peristiwa Penting

Tidak hanya sekadar perayaan, Hari Waisak juga merupakan sebuah momentum peringatan dari adanya tiga peristiwa penting yang disebut sebagai Tri Suci Waisak, yakni sebagai berikut:

Kelahiran Pangeran Siddharta

Pangeran Siddharta merupakan seorang putra dari adanya pasangan Pangeran Sudodhana dan Ratu Mahamaya yang telah lahir di Taman Lumbini pada saat tahun 623 sebelum Masehi. Kelahiran dari Pangeran Siddharta ini untuk dapat menjadi seorang Bodhisattva ataupun  calon Buddha yang akan dapat mencapai kebahagiaan tertinggi.

Siddharta Mencapai Penerangan Agung

Pada saat berusia 29 tahun, Pangeran Siddharta telah meninggalkan istana untuk dapat mencari kebebasan dari umur tua, sakit, dan juga mati, pada saat Purnama Sidhi pada bulan Waisak 588 sebelum Masehi. Di bulan tersebut Pangeran Siddharta telah mencapai Penerangan Agung sehingga telah mendapat gelar sebagai dari Buddha.

Pencapaian Parinibbana

Ketika ia menginjak usia 80 tahun, Sang Buddha telah wafat serta mencapai parinibbana di dalam Kusinara pada 543 sebelum Masehi. Para pengikutnya pun kemudian telah  melakukan sujud sebagai dari adanya bentuk penghormatan terakhir kepada Sang Buddha.

Sejarah Singkat Perayaan Hari Waisak

Penelusuran sejarah singkat dari perayaan Hari Waisak yang telah dirangkum berbagai sumber, Waisak sudah berlangsung pada saat sejak sebelum abad ke 19 dan telah dilaksanakan tertutup di vihara. Kemudian, pada akhir abad ke 19, perayaan Waisak pun mulai bergeser karena adanya sebuah pengaruh gerakan modernisasi yang telah berawal dari negara Sri Lanka, lalu kemudian masuk ke dalam Asia Timur dan sekaligus Tenggara.

Umat Buddha Sri Lanka telah meminta agar Hari Suci Waisak ini dapat diakui dengan secara resmi seperti dengan layaknya hari – hari besar keagamaan lain. Kemudiaan, dari keputusan tersebut untuk dapat merayakan Tri Suci telah diresmikan di dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia ataupun World Fellowship of Buddhists (WFB) pertama di Sri Lanka pada saat tahun 1950. Kemudian setelahnya sebuah perayaan dari Hari Raya Waisak dilakukan pada saat bulan purnama pertama di bulan Mei berdasarkan penanggalan India kuno.

Perayaan Waisak di Indonesia

Sementara itu di Indonesia, Hari Raya Waisak sendiri pun juga telah mengikuti dari adanya sebuah hasil dengan berdasarkan keputusan resmi dari WFB. Mengutip dari laman Kemdikbud, bagi semua umat beragama Buddha di Indonesia pun telah menggelar dari adanya tradisi Waisak yang telah berpusat di dalam Candi Mendut dan juga Candi Borobudur pada saat sejak tahun 1929.

Perayaan tersebut pun telagh digagas oleh adanya sebuah Himpunan Teosofi Hindia Belanda, dikarenakan pada saat itu anggota mereka telah terdiri dari adanya campuran Eropa serta sekaligus Jawa Ningrat.

Pada sebelumnya Candi Borobudur sendiri pun sudah pernah cukup lama sekali tidak difungsikan untuk sebagai dari adanya pusat kegiatan keagamaan dari pasca telah dibangun pada saat abad ke 8 hingga ke 9 Masehi.

Kemudian, setelah diizinkannya perayaan dari hari Waisak di Candi Borobudur pun ditujukan dengan bermaksud guna untuk dapat menghidupkan kembali adanya sebuah nilai spiritual terdahulu dan juga sekaligus guna untuk dapat menjadi sebuah bukti, bahwa adanya sebuah toleransi di dalam kehidupan beragama di Indonesia.